Pulau Sebatik merupakan pintu gerbang Indonesia di Kalimantan, tepatnya berada di bagian Utara Provinsi Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Negeri Sabah Malaysia. Uniknya, status kepemilikan pulau itu terbagi dua, wilayah utara pulau itu seluas 187,23 Km2, menjadi milik Malaysia, sedang wilayah bagian selatan seluas 246.61 Km2 adalah milik Indonesia Di Desa Aji Kuning Pulau Sebatik, sedikitnya terdapat 300 kepala keluarga yang berada tepat di garis perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Bahkan ada rumah warga yang berlokasi tepat di garis perbatasan sehingga ruang tamunya masuk wilayan Indonesia, sedangkan dapurnya ada di Malaysia. Tidak mengherankan JUca kemudian sering muncul isu internasional menyangkut status kepemilikan Pulau Sebatik, yang mengakibatkan hubungan Indonesia dan Malaysia memanas dan mengalami pasang surut. Namun masyarakat Sebatik dan Tawau Malaysia tak terpengaruh, mereka tetap menjalankan hubungan yang harmonis, karena sebagian penduduk Sebalik dan Tawau iernyata masih bersaudara, mereka sama-sama berasal dari Bugis.
Secara ekonomi masyarakat Pulau Sebalik sangat bergantung kepada Malaysia khususnya ke Tawau. Hampir semua komoditas yang dihasilkan masyarakat, seperti ikan, sawit dan coklat dijual ke negerijiran. Ma-
syarakat Sebatik Juga membeli berbagai kebutuhan sehari-hari dari Tawau, sehingga tak heran Jika ada dua mata uang yang beredar di sana, yakni rupiah dan ringgit. Tapi warga setempat lebih menyukai ringgit karena nilainya lebih tinggi. Secara geografis, Pulau Sebatik lebih dekat ke Tawau yang hanya ditempuh dalam waktu 15 menit, bila dibandingkan dengan ke Pulau Nunukan yang memakan waktu 1,5Jam dengan alat transportasi yang sama dengan ongkos tiga kali lipat.
Perbedaan mencolok yang membuat iri masyarakat Indonesia di Pulau Sebatik adalahjika pada malam hari menyaksikan Kota Tawau yang bermandikan cahaya dengan gedung-gedung tinggi, sebaliknya masyarakat di Pulau Sebatik gelap-gulita dengan hanya mendapat Jatah penerangan listrik dua hari sekali. Belum lagi ketiadaan jaringan air bersih dan jalan rusak serta pelayanan kesehatan dan pendidikan yang minim, menambah lerkucilnya masyarakat Sebatik ditengah gemerlapan cahaya kemakmuran negarajiran di depan matanya.
Belajar dari sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan ligitan, sengketa blok Ambalat, pengusiran ratusan ribu TKI dan munculnya Asykar Watanlyah yang direkrut dari warga perbatasan; maka sudah sepan-tasnyalah pemerintah memberikan perhatian lebih kepada Pulau Sebalik.
Mudah-mudahan dengan surat pembaca ini pemerintah lebih peduli dan memerhatikan warganya yang ada di perbatasan, barangkalt dengan memberikan otoritas khusus seperti Balam, agar Pulau Sebatik bisa lebih maju. Kami mengusulkan agar pemerintah pusat dan daerah mendorong TNI dalam kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). lebih difokuskan untuk daerah-daerah perbatasan seperti Pulau Sebatik yang luput dari sasaran pembangunan.
Tumiyo
Perum Graha Prima Tambun. Bekasi. Jawa Barat
Sumber :
Pelita, 28 Januari 2010, dalam :
http://bataviase.co.id/detailberita-10567925.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar